Tnews, BUTON TENGAH – Menyambut pergantian tahun baru Islam, Anggota DPRD Buton Tengah, Hasrun, mengajak umat Islam untuk merenungkan dan mengevaluasi diri atas apa yang telah dilakukan selama setahun terakhir. Menurut Hasrun, momen tahun baru Islam bukan sekadar seremonial, melainkan waktu yang tepat untuk introspeksi dan memperbaiki kualitas iman dan takwa.
“Pergantian tahun baru Islam ini pada intinya agar umat Islam mengevaluasi selama setahun ini apa yang sudah dikerjakan dan apa yang belum. Selain itu, apa yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan iman dan takwa dalam setahun ke depan,” ujar Hasrun, Selasa (9/7/2024).
Hasrun menekankan pentingnya evaluasi dalam ibadah, seperti shalat lima waktu, sedekah, dan puasa. Ia mengingatkan bahwa bulan Muharram merupakan waktu yang tepat untuk merencanakan komitmen dan perbaikan dalam pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut.
“Misalnya, kemarin masalah shalat lima waktu, sedekah, puasa, dan sebagainya yang masih belum maksimal, di bulan Muharram ini selain evaluasi juga merencanakan komitmen ke depannya bagaimana. Sehingga harapannya kita menjadi umat Islam yang lebih baik lagi,” tuturnya.
Hasrun juga mengingatkan bahwa waktu adalah hal yang tidak dapat diprediksi. Ia mengutip pepatah yang mengatakan bahwa dalam beribadah, kita harus seakan-akan mati besok, namun dalam mengejar dunia, seakan-akan kita akan hidup lebih lama.
“Masalah waktu, kapan ajal menjemput kita tidak akan pernah tahu. Jadi, seperti kata pepatah, dalam kita beribadah seakan-akan kita mati besok, tapi dalam mengejar dunia, seakan-akan kita akan hidup lebih lama,” jelas Hasrun.
Lebih lanjut, Hasrun menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah (Hablumminallah) dan hubungan dengan sesama manusia (Hablumminannas). Menurutnya, keduanya harus berjalan secara beriringan agar hidup menjadi lebih bermakna.
“Memang Hablumminannas tidak bisa dipisahkan dengan Hablumminallah, keduanya harus berjalan secara beriringan. Karena kalau Hablumminallah saja, tidak memperhatikan Hablumminannas, ya percuma. Misalnya seseorang kalau sudah naik haji beberapa kali, katanya tidak diterima karena ternyata sekelilingnya masih banyak fakir miskin,” tegasnya.
Hasrun menggarisbawahi bahwa masyarakat harus memiliki rasa jiwa sosial, saling berbagi, dan meyakini bahwa berbagi tidak mengurangi harta, tetapi justru menambahnya. Ia memberikan contoh sederhana tentang sedekah.
“Misalnya Rp100 ribu digunakan untuk bersedekah Rp10 ribu, hitungan manusia tinggal sisa Rp90 ribu. Tapi hitungan sedekah justru bertambah Rp10 ribu. Jadi Rp110 ribu,” kata Hasrun.
Oleh karena itu, Hasrun menekankan pentingnya tepa selira, kebersamaan, dan jiwa sosial yang harus dipupuk. Ia juga menyarankan agar pengajian dan kegiatan keagamaan terus diadakan untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya berbagi dan gotong-royong.
“Maka diperlukan pengajian-pengajian atau kegiatan keagamaan dalam rangka untuk terus mengingatkan kepada masyarakat. Karena manusia sering lupa, kalau sering hadir di pengajian, minimal itu jadi ingat kembali. Sehingga keimanan bertambah dan tergerak hatinya untuk berbagi sesama,” tambah Hasrun.
Ia juga mengajak seluruh stakeholder untuk berperan aktif dalam memupuk gotong-royong dan jiwa sosial di masyarakat. “Gotong-royong dan peran serta stakeholder harus terus dipupuk,” pungkasnya.
Dengan refleksi dan komitmen yang kuat, Hasrun berharap umat Islam di Pacitan dapat menjalani tahun baru Islam dengan lebih baik, membawa perubahan positif dalam kehidupan pribadi dan sosial.