TNews, BUTON TENGAH – Tradisi budaya turun temurun yang digelar masyarakat Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah adalah Bongka’a Tau. Tradisi ini di laksanakan dua kali dalam setahun musim barat (saat menanam) dan musim timur (saat panen).
Salah satu Masyarakat Rumpun Bombonawulu Adnan pada perayaan Budaya Bongka’a Tau yang digelar Jumat (14/2/2025) menyampaikan bila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia mengandung dua makna kata yakni Bongka’a yang artinya buka atau membuka sedangkan Tau artinya Tahun.
“Jadi Bongka’a Tau secara harfiah bermakna Membuka atau mengawali awal tahun dengan pesta panen hasil pertanian dan perikanan” Adnan.
Bongka’a Tau lanjut Adnan identik dengan Pesta Panen. Dalam masyarakat Rumpun Bombonawulu yang tersebar di enam wilayah pemerintahan Desa dan dua kelurahan wilayah Administrasi Pemerintah Kecamatan GU.
Desa yang dimaksud diantaranya Desa Kamama Mekar, Desa Rahia, Desa Wakeakea, Desa Waliko, Desa Lowulowu, Desa Walando, Kelurahan Bombonawulu, Dusun Kaliwuliwuto Kelurahan Watulea yang awalnya merupakan masyarakat desa tanjung atau matana oe dan satu Desa yang masuk Wilayah administrasi pemeritahan Kecamatan Lakudo yakni Desa Matawine).
“Budaya Bongka’a Tau bagi kalangan masyarakat rumpun bombonawulu merupakan suatu kegiatan tradisi turun temurun yang dilaksanakan dan masih tetap dipertahankan sebagai ungkapan rasya syukur pada Allah SWT atas hasil panen pertanian dan hasil perikanan dalam setiap tahunnya” Kata Adnan.
Adnan menceritakan Budaya Bongka’a Tau telah tumbuh sejak Rumpun Bombonawulu menjadi bagian dari 72 Kadie di Buton dan sejak itu di masing-masing kadie di lengkapi dengan Kolaki dan Bonto.
“Dengan terbentuknya Kolaki, Bonto, Parabela, Waci dan perangkat lainnya maka segala aktivitas masyarakat sudah terpimpin. Khusus para petani mulai menetapkan lokasi perkebunan, mulai menebas, membakar kebun, menanam hingga memulai panen secara bersama-sama di bawah perintah Bonto” Urainya.
Ditambahkan pula menurut catatan sejarah dalam buku Adat Fiy Darul Butuni Terbitan Proyek Pengembangan Media Kebudayaan Depdikbud Jakarta tahun 1977 bahwa, terbentuknya Kadie di Buton pada masa pemerintahan Sultan Buton Dayanu Ikhsanuddin yang memerintah sejak tahun 1598-1631. Dengan berdasarkan catatan sejarah di atas maka pelaksanaan acara Bongka’a Tau di Rumpun Bombonawulu di perkirakan mulai sejak 200 tahun yang silam.
Bongka’a Tau di Rumpun Bombonawulu di laksanakan dua kali dalam setahun
Pertama dilaksanakan pada Musim Barat tepatnya pada saat tanaman jagung mulai menguning dan Kedua pada musim timur saat umbi-umbian mulai menampakkan hasil dan biasanya bersamaan dengan hasil panen nelayan mulai melimpah.
“Setelah jagung mulai menguning dan umbi-umbian menampakan hasil, maka para petani dan nelayan mulai bermusyawarah yang dipimpin oleh Bonto dan selanjutnya kepada Kolaki mengundang perangkatnya untuk menetapkan hari pelaksanaan Bongka’a Tahu” Kata Adnan.
Hasil Kesepakatan Kolaki dan Bonto di umumkan kepada seluruh masyarakat rumpun Bombonawulu Dalam prosesi acara Bongka’a Tau dilaksanakan dalam dua Tahap dengan waktu yang berbeda yaitu tahap pertama diawali dengan ritual adat dan doa bersama oleh tokoh adat tokoh agama dari sembilan Desa dan Keluarahan wilayah rumpun bombonawulu.
“Tokoh adat tokoh agama kemudian untuk memanjatkan puji syukur pada Allah SWT atas limpahan Rahmat, kesehatan, keselamatan dan Rezki yang dilimpahkan pada masyarakat Rumpun Bombonawulu dengan harapan Hasil Panen Tahun Depannya lebih melimpah lagi. Kegiatan ritual adat ini di pusatkan di Kota Benteng DADUWALI Bombonawulu” Ungkap Adnan.
Selama tiga hari tiga malam. Setelah acara ritual adat telah dilaksanakan dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu acara syukuran bersama masyarakat Rumpun Bombonawulu yang dipusatkan di tempat terbuka dengan membawa hasil kebun dan hasil laut dari para nelayan, untuk disajikan bersama-sama sebagaimana yang kita saksikan pada hari ini.

Tradisi dalam proses pelaksanaan acara Bongka’a Tau
Dalam proses pelaksanaan acara Bongka’a Tau juga ditampilkan tradisi tari tarian atau permainan rakyat budaya asli seperti :
1. Linda Tari Linda
Tari Linda adalah tari Khas Kecamatan Gu, tari ini di mainkan untuk menyambut tamu, perayaan pesta adat, pesta panen dan perayaan-perayaan lainya.
2. Latatou
Latatou adalah seni bunyi-bunyian tradisional yang bahannya dari tiga potong kayu, yang dimainkan petani untuk menghibur diri dikala menjaga kebun dari serangan hama kera atau babi.
3. Kabanti
Kabanti atau berbalas pantun biasanya dilakukan para petani perempuan dan laki-laki di saat mencabut rumput untuk menghilangkan rasa lelah.
4. Kadeku
Kadeku adalah seni bunyi dari lesung dan anak lesung yang dimainkan para petani, yang terdiri dari 2 orang atau lebih pada saat menumbuk jagung muda untuk dijadikan penganan Kambewe.
5. Ando-Andoro
Ando-andoro adalah alat bunyi yang dibuat dari sepotong bambu dan di lilit daun kelapa muda (janur) sehingga membentuk seperti trompet. Alat ini dibunyikan pada setiap pagi guna untuk memanggil petani menuju lokasi perkebunan.
6. Pokalapa
Pokalapa adalah kegiatan yang disakralkan dalam perayaan Bongka’a Tau Rumpun Bombonawulu, di mana Pokalapa di mainkan oleh tokoh Adat yakni Kolaki, Bonto, Parabela dan Waci. Pokalapa dimainkan dengan menggunakan batang enjelai (Sergum) oleh 2 orang atau lebih, dimana salah seorang, memasang batang enjelai dan yang lainya menombak. Menurut kepercayaan masyarakat Rumpun Bombonawulu, makna dari penombak tepat mengenai enjelai yang dipasang, maka pertanda apa yang dicita citakan untuk membangun daerah dengan izin Allah SWT akan terkabul.
Demikian sekilas Latar belakang Bongka’a Tau Masyarakat Rumpun Bombonawulu Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah. (ADV)
Penulis : Muhammad Shabuur