Filosofi Festival Kande-kandea Tolandona, Kecamatan Sangia Wambulu

Pemerintah Kecamatan Sangia Wambulu, Tokoh Adat dan Panitia Kande-kandea Tolandona, Foto. Muhammad Shabuur
Pemerintah Kecamatan Sangia Wambulu, Tokoh Adat dan Panitia Kande-kandea Tolandona, Foto. Muhammad Shabuur

TNews, BUTON TENGAHFestival Kande-kandea Tolandona kembali digelar masyarakat Kecamatan Sangia Wambulu acara adat yang sudah menjadi tradisi turun temurun Kesultanan Buton terdapat filosofi mendalam di masyarakat Tolandona, Kecamatan Sangia Wambulu yang saat ini merupakan salah satu kecamata yang telah menjadi daerah otonom baru Kabupaten Buton Tengah pada pertengahan tahun 2014.

“Tradisi Kande-kandea ini merupakan pesta rakyat tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Tolandona Kecamatan Sangia Wambulu. Tradisi ini sesungguhnya adalah bentuk menyambut dan merayakan para kesatria yang menjaga keutuhan kesultanan Buton” Ungkap Ketua Panitia Festival Kande-kandea Tolandona Tahun 2025, Serka Baharuddin. Sabtu, (12/4/2025).

Serka Baharuddin (Samping Kanan) Ketua Panitia Kandekandea saat melaksanakan prosesi adat palanto. Foto: Muhammad Shabuur
Serka Baharuddin (Samping Kanan) Ketua Panitia Kandekandea saat melaksanakan prosesi adat palanto. Foto: Muhammad Shabuur

Baharuddin menambahkan pada tahun ini pihaknya berkomitmen dan berupaya agar festival kande-kande kembali lagi masuk agenda nasional seperti pada tahun 2023.

“Makanya kami berupaya pada tahun ini kami akan tampilkan secara maksimal story budaya yang pertama kami laksanakan tadi adalah ziarah makam Sangia Wambulu, mengapa kami melaksanakan ziarah di makam Sangia Wambulu karena beliau adalah pahlawan atau leluhur kami yang lebih kami kenal Oputa Sangia Wambulu” Ujar Baharuddin.

Baharuddin menambahkan masyarakat Sangia Wambulu melaksanakan prosesi festival ini meminta keberkahan leluhur Oputa Sangia Wambulu agar masyarakat Tolandona atau Kecamatan Sangia Wambulu pada umumnya baik yang ada di kampung atau di tolandona atau yang ada di luar daerah atau perantauan bersyukur karena pada tahun ini diberi keberkahan, kesehatan, rezeki sehingga masih bisa bersama-sama.

“Jadi dengan kami datang ziarah ke makam Oputa Sangia Wambulu kami minta doa agar masyarakat tolandona yang ada di kampung kami ini dan yang merantau nanti diberikan umur panjang kesehatan keberkahan dalam hidup dan bisa dipertemukan lagi untuk Kande kandea tahun-tahun selanjutnya.

Selain ziarah makam ada juga prosesi adat Palanto yang merupakan bagian budaya leluhur yang setiap tahun dilakukan. Latar belakangnya adalah secara umum masyarakat Sangia Wambulu adalah nelayan baik nelayan yang mencari nafkah di sekitar teluk Tolandona maupun yang merantau di daerah lain seperti Papua Maluku kebanyakan mereka adalah nelayan.

“Jadi maksud proses adat Palanto ini meminta keberkahan yang maha kuasa untuk selalu memberi kemudahan dalam mencari nafkah dan rezeki, tidak ada halangan dan hambatan makanya pada prosesi Palanto kami juga meminta untuk acara kami ini diberkahi yang maha kuasa dan meminta kembali semoga para perantau yang ada di tanah rantau setelah selesai festival ini kembali diberi keberkahan dan rezeki umur panjang dan tahun depan berikan kesempatan untuk hadir lagi” Urainya.

Festival Kande kandea dalam bahasa Indonesia adalah adalah Halal bihalal kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan sosial antar sesama atau silaturahmi masyarakat.

“Disini semua masyarakat desa yang ada di Sangia Wambulu bersama-sama pemerintah daerah dalam hal ini Bupati Buton Tengah termasuk perangkat daerah seperti camat daan kepala desa.

Proses ini juga sejalan dengan ajaran islam untuk mempererat silaturahmi karena bersaudara seperti surat Al-Hujurat ayat 10 yang Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Lebih lanjut Baharuddin menyampaikan panitia pada tahun 2025 seperti tahun tahun sebelumnya juga mengundang pimpinan daerah lain eks. Kesultanan Buton seperti Walikota Baubau, Bupati Buton, Bupati Buton Selatan, karena mereka adalah bagian dari putra putri yang lahir di tanah Buton, terlepas merka akan hadir atau tidak.

Terkait acara malam, sebelumnya akan ada prosesi adat juga yaitu adat tompa.

“Filosofi adat tompa menurut leluhur kami zaman dulu itu adalah ajang mencari jodoh karena talang itu dijaga oleh para gadis-gadis muda yang rata-rata umurnya itu 17 tahun ke atas sudah dewasa mereka mereka menyiapkan atau menyajikan kamu yang duduk di depan talangnya dengan cara menyuapi di situlah kisah dari para leluhur ada tempa ini itu adalah ajang mencari jodoh” Urainya.

Terakhir akan ada acara hiburan, suka cita atau biasa disebut joget.

“Kami selaku panitia Kande kandea tahun 2025 menghimbau kepada kita semua khususnya tuan rumah dan pengunjung, bagi tuan rumah jadilah tuan rumah yang baik dan bagi pengunjung jadilah pengunjung yang baik, yang laksanakan acara ini hanya satu tujuan yaitu hiburan rakyat dan kita semua” Tutupnya (ADV).

Muhammad Shabuur

Pos terkait

Tinggalkan Balasan